Menjadi mahasiswa merupakan sebuah kesempatan yang
dimimpikan oleh banyak orang. Namun, dalam menjalani kesempatan menjadi mahasiswa,
sering kali mereka dihadapkan pada dilema yang sulit dalam mengelola waktu
mereka selama kuliah.
Di satu sisi, mereka diundang untuk bergabung dengan
berbagai organisasi, klub, dan kegiatan ekstrakurikuler yang menawarkan
pengalaman sosial yang berharga dan pengembangan kepemimpinan. Di sisi lain,
ada tuntutan untuk mengembangkan keterampilan teknis (hard skills) yang akan
menjadi dasar kesuksesan di dunia kerja.
Lalu, bagaimana seharusnya memanfaatkan waktu saat menjadi mahasiswa?
Organisasi vs Hard skill
Organisasi sering menjadi pilihan bagi beberapa
mahasiswa, sebab saat ini organisasi masih dianggap oleh beberapa mahasiswa
sebagai salah satu modal penting dalam melamar pekerjaan nantinya. Entah modal
yang dimaksud itu dari relasi yang dibentuk ketika berorganisasi atau dari
pengalaman yang didapat saat di organisasi itu sendiri. Disisi lain, muncul
pilihan lainnya, yaitu dengan mengikuti kegiatan-kegiatan yang dapat membantu
mereka mengembangkan keterampilan khusus yang sesuai dengan bidang yang
diminati.
Organisasi
sumber: CNBC.com
Dalam berorganisasi, mahasiswa akan belajar banyak hal
terutama dalam segi soft skill. Dalam hal ini, organisasi dapat membantu
mahasiswa untuk mengembangkan soft skill mereka seperti leadership,
skill berkomunikasi, public speaking, kerjasama tim, dan problem
solving.
Selain itu, benefit yang paling dicari dan sering
dibutuhkan oleh mahasiswa adalah jejaring sosialnya. Organisasi mahasiswa
menjadi salah satu tempat yang baik dalam membangun jaringan sosial yang kuat.
Hubungan sosial dengan anggota lainnya dapat membantu mahasiswa dalam membangun
koneksi saat mencari pekerjaan nantinya.
Berorganisasi juga dapat memberikan banyak pengalaman
hidup yang berharga. Dengan berorganisasi, mahasiswa akan mempunyai pengalaman
dalam mengorganisir acara, melakukan volunteering, dan berpartisipas
dalam kegiatan-kegiatan sosial.
Hard skill
Disisi lain, mengembangkan hard skill juga
sangat penting. Hard skill disini merupakan suatu keterampilan teknis yang
dikuasai oleh seseorang dan biasanya menunjang dirinya dalam dunia kerja
nantinya. Mahasiswa dapat memanfaatkan waktu mereka dengan mencari, mencoba,
dan mengeksplorasi segala potensi dalam diri mereka untuk mencapai keterampilan
dalam bidang tertentu.
Mengembangkan hard skill di tengah pesatnya
kemajuan teknologi seperti sekarang ini menjadi sangat penting. Penguasaan
keterampilan teknis tertentu seperti pemrograman, analisis data, desain grafis,
atau pengoperasian suatu mesin, akan menjadi poin penting dalam mempersiapkan
diri untuk pekerjaan yang akan dituju. Tentu saja sebuah perusahaan akan
mencari individu yang memiliki keterampilan sesuai dengan kriteria mereka.
Generalist atau Specialist
Melihat pesatnya perkembangan teknologi juga memicu
timbulnya daya saing di pasar kerja yang semakin besar. Sehingga, sekedar paham
atau bahkan menguasai keterampilan khusus dengan tingkatan menengah saja tidak
cukup untuk bersaing dengan puluhan ribu orang lainnya. Diperlukan sebuah
keterampilan khusus yang memang benar-benar dikuasai, menjadi profesional atau specialitst
dalam bidang tersebut, sehingga dapat menjadi keunggulan diantara
kandidat-kandidat lainnya yang menekuni bidang serupa. Hal ini merupakan
keunggulan kompetitif yang dapat disiapkan oleh setiap mahasiswa, mengingat
persaingan kerja di masa depan yang diprediksi akan memiliki persaingan yang
ketat.
Namun, menjadi seorang profesional di satu bidang
tertentu tidak selamanya menjadi jawaban atas persaingan yang semakin ketat.
Sebab beberapa mahasiswa juga ada yang memilih mengembangkan berbagai macam hard
skill dengan tingkat kemampuan menengah. Atau dalam artian menjadi seorang generalist.
Dengan menguasai banyak skill tertentu, membuat mereka menjadi mahasiswa yang
fleksibel untuk menjelajahi berbagai bidang pekerjaan dan membuka lebih banyak
pintu karir.
Mana yang lebih baik?
Baik menghabiskan waktu dengan berorganisasi ataupun
mengembangkan hard skill tidak ada yang lebih baik. Sebab keduanya
memberikan output yang berbeda. Jika berorganisasi, kita akan lebih
banyak mempelajari dan menguasai berbagai macam soft skill, yang tentu
saja bermanfaat untuk karir kedepannya. Begitu pula dengan mengembangkan hard
skill. Baik menekuni satu bidang maupun berbagai jenis bidang, keduanya
sama-sama menjanjikan hal baik untuk karir yang akan dituju.
Pada akhirnya, yang terpenting adalah apakah kita
sudah mengetahui tujuan dan kemana arah yang akan kita tuju setelah
menyelesaikan perkuliahan ini? Sebab ketika kita sudah mengetahui hal-hal
tersebut, maka kita akan lebih mudah dalam menentukan prioritas keterampilan
apa yang akan kita utamakan? Apakah soft skill dulu atau hard skill?
Atau mungkin fokus ke hard skill tanpa mengembangkan soft skill?
Meskipun dilema antara fokus pada organisasi atau
mengembangkan hard skill adalah hal yang sulit, mahasiswa dapat mencapai
keseimbangan diantara kedua hal tersebut. Meskipun tidak harus 50:50, namun
yang terpenting adalah mengetahui hal apa yang harus dijadikan prioritas,
kemudian menyusun rencana yang bijak dengan pendekatan yang tepat.
Dengan bergabung dalam organisasi, mahasiswa akan
mendapatkan manfaat sosial dan kepemimpinan yang berharga, sementara
pengembangan hard skill penting dalam persiapan karir yang sukses.
Dengan porsi yang tepat, keduanya dapat menjadi combo yang tepat dalam
mempersiapkan karir kedepannya.
Terakhir, sebagai pengingat bagi penulis dan pembaca
sekalian. Penulis mengutip perkataan dari Dzawin Nur, “Tidak ada yang salah
dari pilihan, yang salah adalah ketika kita sudah memilih namun kita mengeluh,
dan tidak mencoba pilihan yang lain”.
Waktu yang dijalani sekarang adalah perwujudan dari progress-progress menuju masa depan. So, manfaatkan waktu menjadi mahasiswa ini dengan baik, tidak perlu terburu-buru dan takut tertinggal. Tetap berproses dan ber-progress.